Aku tahu bagian tubuh kita tak hanya terdiri dari tulang-tulang dan daging, darah serta air. Ada juga yang mungkin tak terdeteksi. Itu adalah: kenangan. (Chang, hal.91)
Hasha sedang mempersiapkan pernikahannya. Isara sedang menata
hidupnya pasca perpisahannya dengan Patta. Goza masih menjadi bedebah
yang bahkan lebih bedebah dari sebelumnya. Sedangkan Chang atau Indiray,
kini hidup dengan keyakinan yang dipegangnya, menjadi orang yang
berbeda. Mereka berlima yang dulunya sering mengisi siang hari seusai
kuliah di meja panjang di bawah pohon besar di warung lotek, kini
berselisih jalan, mengungkap rahasia demi rahasia, dan dipertemukan
kembali dengan cara yang tak disangka-sangka sebelumnya.
Tapi waktu seperti berdatangan sejak
perpisahan itu. Aku sendiri merasa heran, ke mana mereka selama ini?
Sepertinya mereka sengaja bersembunyi enggan menemuiku? (Isara, hal.11)
Adalah Kurani, wanita yang sempat setahun bersama mereka berlima
sebelum kemudian pindah kuliah, yang menjadi calon istri dari Hasha.
Hasha yang pendiam dan mengisi hari-harinya dengan menulis. Kurani yang
mempesona dan membuatnya nyaman. Sejak sebuah insiden yang menimpanya di
Yogyakarta, yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai jurnalis, dia
terpaksa kembali dan menyembunyikan diri di tanah kelahirannya di Solo.
Pertemuan tak terduganya dengan Isara pun membangkitkan kenangan masa
lalu yang hendak dikuburnya. Isara yang penuh rahasia, Isara yang
dihantui oleh rahasia masa lalu, kini mencoba berdamai dan melepaskan
bebannya.
Patta yang masih sulit menerima bahwa dirinya kini berpisah dengan
Isara, menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang berbahaya. Yang pada
suatu titik akan menemukan Goza yang dulu sangat dibencinya. Goza yang
kerap mempermainkan wanita, menganggap mereka hanyalah sarana
pelampiasan nafsu, di sela-sela pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran.
Dia menemukan dirinya harus kembali ke Yogyakarta dan, mau tak mau,
menelusuri kembali perjalanan masa lalunya. Chang yang hidup damai dalam
sebuah persaudaraan mendapatkan tugas yang mengharuskannya pindah ke
Yogyakarta.
Di Yogyakarta mereka pertama kali bertemu dan berteman, setelah sekian lama
berpisah, di Yogyakarta pula mereka dipertemukan kembali dalam suasana
yang aneh. Misterius, penuh pertanyaan yang satu per satu terjawab
dengan meninggalkan pertanyaan baru.
Buku ini ditulis dengan sudut pandang yang berganti-ganti di antara
kelima orang tersebut. Pergantian sudut pandang tersebut kadang terjadi
begitu cepat. Begitu pula setting waktu yang dapat berubah tanpa
peringatan, sehingga terkadang saya baru menyadari di pertengahan bab
bahwa sang karakter sedang mengenang masa lalunya. Meski begitu, alur
dalam buku ini terasa sangat lambat. Terkadang satu bab akan
menceritakan satu episode yang singkat, namun dengan bahasa
berbunga-bunga khas penulis, terasa sangat lama.
Bagian yang mengganggu saya adalah fakta yang diceritakan
berulang-ulang. Untuk hal tertentu yang membutuhkan penjelasan dari
sudut pandang berbeda, pengulangan masih bisa diterima. Namun fakta yang
sudah jelas, seperti Kurani yang hanya bersama-sama mereka selama satu
tahun, rasanya tidak perlu disebutkan oleh setiap karakter, karena toh tidak mengubah apa pun dan tidak semua karakter terlibat secara emosional dengan fakta tersebut.
Hal tersebut mungkin mengurangi kenikmatan membaca buku ini, namun
tidak mengubah fakta bahwa saya suka dengan bahasa yang dipergunakan
oleh penulis. Bahasa Indonesia yang baku tanpa kesan kaku, puitis dan
diksi yang indah.
Aku ingat, ada sebuah sudut di rumah itu
yang selalu membuatku merasa begitu tenang. Sebuah sudut dengan bau
dupa yang samar dengan keheningan yang begitu beku. Hingga napas pun
dapat terasa bergema di sana. Dan itu bukan sudut yang ada di ruang doa,
tapi sudut yang ada dalam perpustakaan. (Chang, hal.57)
Kesan misterius buku ini pun terasa meningkat seiring berkembangnya
kisah dan terkuaknya kebenaran. Semakin ke belakang, semakin kita
terbawa dengan gaya penceritaan penulis dan semakin penasaran dengan
akhirnya.
3/5 bintang untuk kisah cinta yang menegangkan.
http://bacaanbzee.wordpress.com/2013/10/19/enigma/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar