Sabtu, 30 November 2013

Wawancara tentang Enigma di Gradasi, edisi November 2013



1.      Novel terbaru MasYudhi sudah terbit,yaitu Enigma. Bagaimana proses penulisan dan penerbitan novel tersebut?
Penulisannya saya selesaikan sekitar 2 tahun yang lalu.
Prosesnya biasa saja. Saya ingin membuat sebuah novel yang dikisahkan dari 5 sudut pandang. Dimana kelimanya punya karakter yang berbeda.
2.      Enigma ini novel keberapa Mas Yudhi dan apa yang ingin dikisahkan ke pembaca?
Ini novel ke30 saya.
Yang ingin saya kisahkan sebenarnya ada 3 hal besar. Walau memakai sub judul ‘tentang kisah cinta dan sesuatu yang tak terjelaskan’, namun pada dasarnya ada 3 kejadian besar yang saya ambil sebagai latar dari tokoh-tokohnya. Misalnya tentang kasus pembunuhan wartawan Udin, kisah Sekte pertobatan Lia Aminuddin dan tentang orang-orang kepercayaan para pejabat yang harus dihabisi karenan mengetahui banyak dosa tuannya.
3.      Bisa dikatakan Mas Yudhi ini penulis serba bisa, istilahnya aneka warna, aneka rasa, dengan beragam karya dan tema; cerpen,puisi novel dan esai. Juga tema sejarah, komedi, cinta bahkan reliji, apa yang melatarbelakangi hal tersebut?
Intinya banyak-banyak membaca. Tak membatasi genre apa pun.
Karena apa yang kita tulis adalah apa yang kit abaca.
4.      Apakah ada target dalam menghasilkan karya dan bagaimana jadwal menulis Mas Yudhi?
Harus selalu ada target ya.
Jadwal menulis saya di jam kerja, di sela2 waktu saya mengurus percetakan saya. Bila kondisinya sedang biasa, mengurus percetakan bisa selesai sekitar jam 11.00-12.00, selebihnya saya pakai untuk menulis. Kalau kondisi percetakan sedang ramai bisa sampai sore baru memulainya.
5.      Mas Yudhi adalah lulusan  Jurusan Teknik Arsitektur UNS, mengapa lebih memilih hidup dari dunia kemenulisan?
Awalnya prosesnya tentu tidak disengaja. Tidak pernah di atur. Namun sejak SMP, sudah banyak cerpen-cerpen saya yang dipublikasikan di beberapa majalah anak dan remaja. Jadi prosesnya sambil jalan. Namun yang pasti di tengah kesibukan sekolah dan kuliah, saya selalu menyempatkan untuk menulis, karena itu hal yang menyenangkan buat saya.
6.      Apa yang membedakan penulis yang background  pendidikannya sastra dengan penulis lain?
Dulu saya bisa menjawab pertanyaan ini. Namun sekarang setelah semakin banyak bertemu orang, sepertinya tak bisa saya lihat bedanya. Perbedaannya tergantung personalnya saja.
7.      Selain aktif menulis, Mas Yudhi juga punya penerbitan dan  aktif di komunitas sastra Pawon Solo, bagaimana Mas Yudhi mengatur kesibukan itu?
Komunitas itu adalah tempat bermain saya. Tentu tempat bermain itu selalu kita cari yang paling nyaman dan menyenangkan. Sekarang hampir semua profesi selalu membentuk komunitas, ada dokter, arsitek, dll. Dulu saya juga sempat bergabung di komunitas pengusaha muda, namun setelah berjalannya waktu, komunitas penulis dan sastralah yang lebih menyenangkan. Atas dasar itulah bergiat di komunitas menjadi penting, dan akan selalu diupayakan untuk diluangkan waktunya.
8.      Seberapa penting fungsi komunitas sastra menurut Mas Yudhi?
Sudah saya jawab diIni seperti tempat untuk melepas lelah, curhat, menggali informasi dan membantu penulis-penulis baru. Satu lagi yang saya rasa penting adalah untuk saling memotivasi.
9.      Bagaimana Mas Yudhi melihat geliat sastra di kota Solo?
Solo cukup berkembang. Tapi bila dibandingkan dengan 5 tahunan lalu, geliatnya sepertinya masih kalah. 5 tahun lalu, beberapa komunitas Nampak aktif, namun sekarang tak lagi terdengar gerakannya.
10.  Menurut  Mas Yudhi, minat membaca dan menulis masyarakat Indonesia seperti apa, terutama remajanya? Dan apa yang ingin disampaikan kepada penulis remaja(pemula)?
Tahun-tahun ini saya pikir semakin berkembang. Ini bisa dilihat dengan banyaknya penulis-penulis muda yang tampil. Penerbit-penerbit nampaknya memberi ruang yang cukup untuk remaja menulis. Ini artinya ada pembaca yang menerima terbitan itu.
Untuk remaja saya pikir tak perlu berpikir terlalu jauh dulu. Membiasakan membaca buku-buku bermutu akan membawa dampak yang positif, Jadi membaca sebanyak-banyaknya saja. Jadikan itu kebiasaan yang menyenangkan. Karena bila di waktu-waktu ke depan ada keinginan untuk menjadi penulis, hasil membaca itu secara tak langsung merupakan sebuah proses belajar yang tak dirasakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar