kau tautkan
carik kertas itu pada tepi rinai
karena kau
tahu, aku lelaki yang menyatu dengan hujan
namun aku
terlanjur lenyap sebelum sempat meraihnya
aku lupa
bercerita padamu: tetes tangis pun sanggup meluluhkan tubuhku!
lalu kau
tautkan carik kertas itu pada ujung badai
namun aku
bahkan tak bisa menyuanya
walau dari
kejauhan kau berteriak-teriak memberi tanda
aku tak
mendengarnya! aku tuli!
hanya gerak
bibir indahmu dapat kusemai dikejauhan
namun aku
terlalu rentan untuk mengecupnya
lalu kau
memahatnya pada 1001 batu, bagai pemahat canggal sriwijaya
: yang
membuat ribuan pahatan untuk sang dapunta
tapi masa
kemudian memorakkan semuanya
hingga satu yang tersisa: namun aku pun tetap tak
mampu membaca utuh
Ah, tak
tahukan engkau, aku adalah sang pembaca sajak!
kau hanya
perlu merapat padaku dan menaburkan bulir-bulir keringatmu
tanpa perlu
mengucapkan satu persatu kata padaku
dan aku akan
merajahnya menjadi sajak yang tak lekang dari bibirmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar