Beruntung sekali saya bisa mendapatkan satu lagi buku bagus. Kali ini,
Enigma buah karya mas Yudhi Herwibowo, berhasil memikat saya. Enigma,
sebuah kisah yang menarik sebuah pemahaman, akan arti persahabatan dan
cinta. Dan misteri yang melekat di antaranya.
Ada lima
tokoh yang kisahnya diangkat dalam novel ini. Hasha, Isara, Patta,
Chang, dan Goza. Ditambah Kurani yang menggenapi enam sahabat seangkatan
di jurusan Komunikasi UGM. Sebuah warung lotek di dekat daerah Kanisius
Yogyakarta merekatkan mereka pada sebuah jalinan persahabatan. Kurani
meninggalkan mereka di tahun kedua karea berpindah kuliah di salah satu
perguruan tinggi lain. Dan novel ini mengisahkan, perjalanan hidup
kelima orang sahabat itu, dengan sudut pandang masing-masing, berkaitan
dengan hidup dan keterlibatan satu sama lain.
Kisah diawali ketika
Hasha hendak melangsungkan pernikahan dengan Kurani. Ishara yang waktu
itu memilih untuk bercerai dengan Patta, merasakan bahwa dia harus
kembali ke Yogya untuk menemukan kembali kenangannya akan masa-masa
lampaunya dan juga memiliki sebuah tujuan, bertemu dengan Hasha, sahabat
yang dicintainya.
Pertemuan kembali Hasha dengan Chang, serta selanjutnya dengan Isara membuka sebuah peristiwa lama
yang membuat Isara dan Hasha, meski sebenarnya saling memendam rasa
justru menjadi saling menjauh, bahkan Isara memilih untuk menikahi
Patta, yang tak dicintainya tetapi mencintainya. Sedangkan Goza,
seolah-olah ada tangan tak tersentuh yang membuat dia bersentuhan
kembali dengan teman-temannya tersebut, meski bukan dalam sebuah
kesengajaan.
Seperti yang saya tulis di bagian awal saya menyukai buku ini. Iya. Bukan semata-semata karena terkenang akan kota Yogyakarta sih, tapi mas Yudhi berhasil menyusun sebuah cerita yang kompleks dengan kata-yang yang mengalir lancar dan tak rumit. Dan
meski pola cerita tak runtut, kadang maju mundur disesuaikan dengan
sudut pandang siapa yang diambil, tak membuat buku ini kehilangan lubang
pada plot ceritanya. Dan yang pasti saya suka sama ceritanya.
Meski memadukan sebuah
kisah romantisme dan misteri tak membuat Enigma harus 'mati' dengan
kata-kata romansa tetapi Enigma justru berhasil dibuat dengan kelugasan
kata-katanya. Selain itu saya suka juga dengan ilustrasi di dalam
bukunya. Seolah-olah mempertegas jalannya cerita. Namun bukan berarti
karya ini tak memiliki kekurangan. Berbagai typo masih bertebaran, meski
tak mengganggu bagi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar