Rabu, 27 November 2013

Reruntuhan Imajinasi Enigma, oleh Sabrina Nevada

Enigma.Sebuah sajian imajinasi yang dikemas apik olehYudhiHerwibowo. Novel yang berwajah gelap ini berkisah tentang sepenggal demi sepenggal hidup dari lima orang sahabat. Isara, Hasha, Patta, Chang, danGoza. Nama-nama yang lumayan terasa asing sebetulnya. Setiap dari kelima tokoh itu berposisi sebagai orang pertama dalam masing-masing penggalan cerita. Dengan gayanya masing-masing pula. Di prologkan dengan kisah Isara menjadikan novel ini dengan sendirinya membentuk enigma-nya.

Saya mendapat novel inidari seorangteman. Temanku bilang kami akan mengobrolkan buku ini hari Senin. Saya buru-buru melahap habis buku dari depan berurutan, sesegera mungkin karena saya hanya ditarget sehari untuk menyeleseikan membacanya. Dalam proses membaca, saya temui berbagai rasa yang bergulat. Melompat-lompat. Sesaat jadi Isara. Sesaat lagi jadi Hasha. Lalu jadi Chang. Dan ke-enigma-an itu timbul tenggelam. Emosi yang menggebu sesaat juga hilang. Mirip seperti saat aku membaca  novel 9 dari Nadira (Leila S. Chudori), Entrok (OkkyMadasari), Trash (Andy Muligan), dan beberapa novel yang sama dalam penyajiannya. Sama-sama yang bercerita sebagai orang pertama lebih dari satu orang.

Namun seketika aroma enigma dalam novel ‘enigma’ ini runtuh saat saya membaca cover bagian belakang novel ini. Ada rasa kecewa. Bayangkan jika saya membaca novel ini dari cover belakang, seperti yang biasa saya lakukan saat membeli buku di toko buku, pastilah akan muncul pengkotak-kotakan, siapa itu Isara, Hasha, Patta, Chang, dan Goza. Seolah Mas Yudhi tak memberi kebebasan kepada pembaca untuk mendefinisikan siapa itu Isara, Hasha, Patta, dan tokoh-tokoh lain dalam ceritaini. Saya mencoba membuat gambaran tentang tokoh-tokoh dalam enigma ini. Sedikit gambaran tentang tokoh-tokohdalam enigma.

Isara. Seorangtokoh yang berperan dalam novel ini sebagai laku hidup yang tak tuntas.Seorang indigo yang sosoknya selaluhadir di setiap puzzle sahabat-sahabatnya. Ibarat Isara adalah ikat sapu dan keempat sahabatnya yang lainsebagai lidinya. Isara seolah mencoba menggambarkan sebuah garis yang memisahkan dimensi satu dengan yang lainnya. Ada keterlibatan dimensi yang lain yang membuat sosok Isara dalam cerita ini menjadi tokoh utama. Ada kedalaman tentang bagaimana membaca petanda dari Tuhan. Kegamblangan itu saja masih belum terbaca secara tepat. Kelebihan Isara malah membawanya terseret dalam kelekar bayang-bayang yang tak mempertemukannya denganHasha.
Patta. Seorang lelaki yang terlambat memasuki dunia perempuan yang dicintainya.Perceraian mengajarkan dirinya mempelajari kembali setiap jangka yang telah dilaluinya.
Dalamcerita Patta, ada keterlibatan sosok lelaki yang gila kekuasaan. Wirajja. Sosokpenguasa yang menggilas apa saja demi mempertahankan kedudukannya. Kekuasaan yang curang dan tidak jujur pastilah akan menghabisi sentilan-sentilan yang menyentuhnya. Di sini Patta adalah sosok yang paling bedebah sebenarnya. Karena ia juga melibatkan seorang bedebah (Goza) dalam kejahatan yang dilakukan Wirajja. Di sini tergambarkan bahwabanyak sebenarnya orang-orang cerdas yang sering salah dan terjerat dengan kejahatan sistem. Patta menduduki posisi sebagai orang yang tak punya kuasa untuk menolak. Wong pinter sing keblinger. Di sini sosok Hasha bermain. Ada satukekuatan yang amatditakutiolehsosokwirajja.kekuatan kata dalampolitik di media massa. Tulisan-tulisanhasha di media massa menggetarkan dan menakutkan layaknya pedang yang akan menebas habis kekuasaan yang curang. Tangan panjang Wirajja mencoba menghabisi sang pejuang kata.

Goza. Cerita tentangk egilaan seks dan kesenangan sesaatnya.Dibalik  wajah Goza, ada sesosok ibu di masa lalu. Penyiksaan terhadap Goza di masa kecil merupakan satu potongan puzzle yang hilang dalamingatan. Bagaimana seorang ibu membentuk hati anak laki-lakinya.Ada ingatan yang harusnya diruwat sebagai sebuah pelajaran. Menganalisa ingatan itu menjadi tak tersentuh karena sang ibu tak kembali merangkul anaknya. Analisa Goza masih belum tuntas.Goza seakan tak mendapat ampun sebagai bedebah. Gaya berbahasa Mas Yudhi dalam enigma sebagai seorang Goza merupakan satu seni yang cakap. Mampu membuat novel ini lepas dan melibatkan hal-hal yang dekat dengan kenyataan dalam masyarakat.

Chang. Sosok Chang dalam cerita ini menggambarkan kondisi pergulatan iman yang panjang. Suatu kelompok keagamaan yang mengalami pengusiran karena dianggap menyalahi akidah keagamaan yang ada. Membaca kisah Chang ini mengingatkan saya tentang novel ‘maryam’ karya OkkyMadasari. ‘Maryam’ berkisah tentang satu golongan keagamaan yang terusir dari tempat asalnya. Namun di sini pergulatan dalam novel Maryam jauh lebih mendalam. Kisah Chang hanya seperti letupan kecil yang hilang di antara kobaran api novel Enigma. Seandainya cerita tentang Chang dibahas tuntas tanpa mengurangi enigma didalamnya, tentunya akan lebih memuaskan pembaca, khususnya saya pribadi yang cukup menikmatik arya Mas Yudhi yang unik dan apik.
Beberapa gambaran yang samar-samar terwacanakan melaluitokoh-tokoh di atas.Pelibatan-pelibatan simbol-simbol seperti epitaf, lilin, buku, dan warung lotek menyimpan enigmanya. Ada harapan dalam hati saya, novel ini bisa direvisi dengan penggantian wacana di cover belakang, juga pendalaman kharakter setiap tokohnya agar tidak terasa nanggung. Setebal 800 halaman pun tak apa, tak akan mengurangi selera pembaca untuk menamatkannya.

Sabrina Nevada. Santri kelas bahasa Pare

Tidak ada komentar:

Posting Komentar